The Next Facebook adalah Meta

 


Akhir Oktober 2021, CEO Facebook, Mark Zuckerberg telah meluncurkan Meta, yaitu sebuah perusahaan "titan" teknologi yang mempunyai bidang usaha terkait dengan memfasilitasi interaksi sosial. Menurut Zuckerberg, konsep Meta akan berbeda bukan sekedar seperti aplikasi media sosial yang telah dimiliki sebelumnya.

Facebook, Instagram, Whatsapp, dan lainya merupakan nama-nama media sosial mentereng yang berbasis layar display. Sedangkan Meta akan terasa seperti campuran dari pengalaman sosial online yang terjadi saat ini, diperluas menjadi interaksi dalam bentuk 3D atau diproyeksikan seakan-akan seperti interaksi sosial di dunia nyata.

Metaverse akan menyatukan aplikasi dan teknologi yang dimiliki Facebook dibawah satu merek perusahaan baru. “Fokus Meta adalah menghidupkan metaverse dan membantu orang terhubung, menemukan komunitas, dan mengembangkan bisnis”, kata Zuckerberg. Meta adalah evolusi berikutnya dari perjalanan panjang ke depan tentang teknologi sosial dan mengantarkan babak baru bagi Facebook atau bagi Meta itu sendiri.

Baca Juga : Membangun Peradaban Digital

Pada konferensi tahunan Connect yang telah diadakan sebelumnya, pihak Facebook telah mengundang beberapa pihak terkait, seperti pengembang Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), pembuat konten, pengiklan, dan lainnya untuk merayakan momentum dan pertumbuhan industri teknologi. Acara ini bertujuan untuk mengeksplorasi seperti apa pengalaman selama 10 tahun kedepan yang akan terjadi di Metaverse. Mulai dari bidang koneksi sosial, hiburan, game, kebugaran tubuh, pekerjaan, pendidikan, dan perdagangan.

Jika melongok jauh ke belakang, ketika Facebook baru diluncurkan pada tahun 2004, hal itu memperlihatkan bagaimana mengubah cara orang terhubung. Aplikasi seperti Messenger, Instagram, dan WhatsApp semakin memberdayakan miliaran orang di seluruh dunia. Sekarang, Meta akan bergerak melampaui layar 2D menuju pengalaman imersif yang masyarakat belum bisa membayangkan sebelumnya.


Referensi : about.fb.com

Sejarah Test Pack Kehamilan Yang Jarang Orang Tahu


Tahukah kamu bahwa test pack kehamilan saat ini mempunyai nilai akurasi 99% yang mendekati kebenaran mutlak. Lalu bagaimanakah sejarah awal mula sampai menjadi test pack rumahan seperti saat ini. Berikut merupakan sejarah teknologi test pack kehamilan berdasarkan waktu.

Tahun 1350 SM

Salah satu catatan paling awal tentang tes kehamilan berbasis urin ditemukan pada artefak Mesir Kuno. Sebuah papirus menggambarkan tes dimana seorang yang disangka hamil, dites dengan cara mengambil sampel air seninya lalu diuji dengan memanfaatkan  jelai (barley) dan biji gandum (wheat) selama beberapa hari.

Berdasarkan hasil tes urin seorang wanita hamil yang diberi biji gandum dan jelai, jika jelai tumbuh, maka anak laki-laki. Jika biji gandum yang tumbuh, maka itu anak perempuan. Jika keduanya tidak tumbuh, maka wanita itu dinyatakan tidak hamil sama sekali.

Tahun 1920-an

Sejumlah ilmuan dari beberapa negara Eropa, bekerja secara independen yang tidak mempunyai keterikatan pekerjaan atau penelitian satu sama lain, menyatakan bahwa terdapat hormon khusus yang dihasilkan oleh tubuh jika terjadi kehamilan. Hormon ini dikenal dengan nama Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Hormon ini hanya ditemukan pada wanita yang sedang hamil saja.

Baca Juga : Manfaat Buah Tin dan Buah Zaitun

Tahun 1960-an

Dua ilmuan yang bernama L Wide dan C A Gemzell melakukan penelitian sebuah "tes penghambatan hemaglutinasi" untuk kehamilan. Tes ini menggunakan sel dalam darah untuk proses pengujian. Cara kerjanya yaitu mencampur HCG murni dengan sampel urin dan antibodi. Jika hasil tes kehamilan positif, sel darah merah akan menggumpal. Akan tetapi, tes ini masih memberikan hasil yang belum akurat, terutama jika digunakan dalam diagnosis dini kehamilan. Selain itu, tes ini juga dapat menyebabkan reaksi silang dengan berbagai obat yang diminum oleh wanita hamil.

Tahun 1990-an

Kemajuan teknologi tes kehamilan semakin meningkat pesat, salah satunya pengembangan jenis antibodi baru dan penggunaan label enzim sebagai pengganti label radioaktif.

Tahun 2003

Otoritas Kesehatan Amerika Serikat (FDA) memberikan izin tes kehamilan bagi masyarakat dengan pemanfaatan teknologi Digital Clearblue Easy, yaitu tes kehamilan yang berupa layar indikator yang menampilkan "hamil" atau "tidak hamil". Dan sampai saat ini, tes yang berbasis Digital Clearblue Easy telah dikenal luas oleh masyarakat di seluruh dunia. 


Referensi : History.niv.gov 


Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Bioetanol

Singkong dengan nama ilmiah Manihot utilissima atau ubi kayu termasuk dalam kelas Dicotyledoneae. Di Indonesia, singkong memiliki arti ekonomi terpenting dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain. Selain itu kandungan pati dalam singkong yang tinggi sekitar 25 - 30% sangat cocok untuk pembuatan energi alternatif. Bahkan kulit singkong dapat menjadi bahan baku bioetanol.

Komponen kimia kulit singkong adalah sebagai berikut: protein 8,11%, serat kasar 15,20%, pektin 0,22%, lemak kasar 1,44%, karbohidrat 16,72%, kalsium 0,63%, air 67,74% dan abu 1,86% (Akbar dkk, 2013). Pemanfaatan kulit singkong sebagai bahan baku pembuatan bioetanol tentunya lebih menguntungkan, karena kulit singkong merupakan limbah yang dalam pengadaannya tidak memerlukan biaya tinggi.


Proses pembuatan bioetanol meliputi persiapan bahan baku yang berupa proses hidrolisa pati menjadi glukosa, proses fermentasi yang merubah glukosa menjadi etanol dan karbon dioksida, dan pemurnian hasil dengan destilasi. Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Etanol dapat dipisahkan dengan destilasi sederhana, etanol mempunyai titik didih 78,3 oC pada tekanan 1 atm jika didestilasi maka akan menguap dahulu.

Bioetanol merupakan salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil adalah sumber daya tak terbarukan karena pembentukannya memerlukan jutaan tahun. Masa pembentukannya yang sedemikian lama tidak seimbang dengan pengambilannya yang sangat cepat, sehingga termasuk dalam kategori sumber daya tak terbarukan.

Dalam setiap kilogram singkong biasanya dapat menghasilkan 15 – 20% kulit singkong. Kandungan karbohidrat kulit singkong cukup tinggi, sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Pengolahan limbah kulit singkong dapat mengurangi limbah kulit singkong sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian, pengolahan limbah kulit singkong diharapkan tidak hanya menjadi upaya pelestarian lingkungan hidup, akan tetapi juga berpotensi menjadi bioetanol sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil yang berguna di masa yang akan datang.


Pengembangan Sawit di Era Revolusi Industri 4.0

Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dengan ketersediaan sumber daya alam yang melimpah. Sektor pertanian merupakan sektor primer yang berpengaruh pada kekuatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Karina dan Sutrisna dalam Aryawati dan Budhi (2018), pertanian merupakan sektor strategis untuk meningkatkan perekonomian Indonesia meskipun memiliki kontribusi yang kecil, tetapi sangat menentukan kesejahteraan pangan masyarakat. Hal itu sejalan dengan besarnya persentase masyarakat Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian. Tiga lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak selama Februari 2021, antara lain sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang telah berhasil menyerap tenaga kerja hingga 38,78 juta orang atau setara 29,59 persen, posisi kedua diikuti sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 19,20 persen, dan posisi ketiga ditempati sektor industri pengolahan sebesar 13,60 persen (Keterangan BPS dalam Liputan6.com, 2021).

Populasi penduduk dunia diprediksi mengalami kenaikan hingga 9,8 miliar pada tahun 2050 (Soekarwo dalam harian Jawa Pos, 2021). Pertambahan populasi dapat berdampak pada peningkatan permintaan terhadap hasil pertanian sebagai sumber kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Sawit merupakan komoditas pertanian yang sangat diminati. Peningkatan permintaan minyak kelapa sawit berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan petani sawit. Oleh karena itu, ketangguhan sawit yang tercermin dalam kualitas produksi minyak kelapa sawit dengan harga produk yang dapat bersaing dalam pasar dunia dengan Negara pengekspor sawit lain merupakan hal yang sangat penting untuk dipikirkan petani sawit demi memperkuat pertumbuhan ekonomi Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0.

Terdapat beberapa persyaratan agar produksi tanaman kelapa sawit optimal serta memiliki mutu yang baik, diantaranya adalah penggunaan benih unggul, pengelolaan kebun yang professional dan pemupukan yang tepat jenis, jumlah, dosis dan waktunya (BPTP Jambi, 2015). Era Revolusi Industri 4.0 merupakan istilah yang menggambarkan perkembangan industri teknologi di dunia yang berfokus pada teknologi digital. Sektor pertanian pada Era Revolusi Industri 4.0 perlu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian dan berdaya saing global. Menurut Al Haboby et. al. (2016), peningkatan produktivitas pertanian harus menjadi prioritas untuk mencapai perbaikan hasil yang berkelanjutan dan melibatkan peningkatan teknologi pertanian, serta manajemen termasuk perbaikan perairan tanah dan pengelolaan pasca panen.


Indonesia merupakan negara dengan luas areal tanam dan produksi kelapa sawit terbesar di dunia. Menurut BPS (2021) perkebunan besar di Indonesia didominasi oleh tanaman kelapa sawit pada tahun 2020, jumlahnya mencapai 8,9 juta hektare, naik hampir 300 ribu hektare dibandingkan tahun sebelumnya (8,6 juta hektare). Besarnya jumlah penduduk Indonesia  mempengaruhi konsumsi minyak kelapa sawit yang dihasilkan. Menurut Prasetyo, et. al. (2017), konsumen di Indonesia pada umumnya sangat menyukai dan menggunakan minyak kelapa sawit untuk pemenuhan kebutuhan minyak goreng dalam keperluan hidup sehari-hari. Sumber daya alam Indonesia yang melimpah diikuti pula dengan produksi minyak kelapa sawit yang melimpah. Minyak kelapa sawit yang dihasilkan sudah mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahkan masih dapat diekspor keluar negeri. Kelebihan produksi yang dialami Indonesia menyebabkan Indonesia mengekspor minyak kelapa sawit keberbagai negara. Perkembangan ekspor CPO Indonesia berdasarkan data Direktorat Jendral Perkebunan (2018) pada tahun 1981 sebesar 196.361 ton naik menjadi 12.075.116 ton pada tahun 2016 atau naik rata-rata 11% per tahun.

Ketangguhan Sawit tercermin pada kualitas dan harga jual minyak kelapa sawit yang mampu bersaing dalam pasar dunia. Harga jual minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh harga input produksi. Input produksi kelapa sawit yang meliputi pupuk, pestisida, mesin, dan peralatan budidaya perlu dihasilkan sendiri agar biaya produksi lebih kecil. Pemanfaatan teknologi di Era Revolusi Industri 4.0 ini perlu lebih besar diterapkan dalam kegiatan produksi sehingga diperoleh alternatif input produksi yang lebih efektif dan efisien untuk menghasilkan minyak kelapa sawit yang berkualitas unggul. Input produksi yang dihasilkan sendiri akan menjadi lebih rendah sehingga dapat menekan biaya produksi dan menghasilkan minyak kelapa sawit dengan harga jual yang mampu bersaing di pasar dunia. Menurut Harahap, et. al. (2018), efisiensi tidaknya produksi suatu komoditi yang bersifat treadable tergantung pada daya saingnya di pasar dunia. Hal yang tidak kalah penting dalam ekspor minyak kelapa sawit adalah branding, packaging, dan pemasaran yang lebih luas dengan pemanfaatan teknologi digital.

Pendidikan dan pelatihan bagi petani sawit terkait penggunaan teknologi digital dan penyerapan petani sawit milenial yang mampu mengiplementasikan teknologi digital perlu dilakukan agar dapat meningkatkan ketangguhan sawit di Era Revolusi Industri 4.0 ini. Sumber daya alam yang melimpah perlu didukung dengan sumber daya manusia yang handal dalam menghasilkan input produksi sendiri agar biaya input produksi dapat ditekan. Peralatan produksi yang praktis dan efektif perlu dihasilkan sendiri sehingga produksi benih sawit tidak hanya dilakukan dengan cara tradisional, besar harapan benih yang dihasilkan lebih unggul kualitasnya. Selain itu, perlu metode dan peralataan yang tepat untuk menghasilkan pupuk dan pestisida yang berkualitas. Pengelolaan kebun sawit yang professional dengan penerapan teknologi digital pun perlu dilakukan, contohnya pemanfaatan internet of things (IoT) yang hemat daya untuk pemupukan sehingga tepat jenis, dosis, dan waktunya sehingga lebih efektif dan efisien. Waktu penyemprotan yang lebih singkat, jangkauan yang lebih luas, kemudahan mengontrol alat, dan hemat daya tarik penerapan IoT di Era Revolusi Industri 4.0 ini. Kegiatan penyemprotan pestisida dan pemupukan pun dapat dipantau melalui aplikasi yang terhubung dengan sensor alat tersebut.

Era Revolusi Industri 4.0 memberi tantangan tersendiri bagi petani sawit di Indonesia. Para petani sawit harus mengikuti perkembangan jaman dan meng-upgrade kemampuan diri sehingga tidak tertinggal dalam persaingan pasar dunia. Hal ini tentunya perlu dukungan pemerintah serta pihak terkait agar dapat terwujud petani sawit yang melek teknologi dan dapat mengimplementasikan teknologi dalam proses produksi maupun pemasaran minyak kelapa sawit demi terciptanya ketangguhan sawit dalam memperkuat pertumbuhan ekonomi Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0 ini.


4 Macam Muatan B3 Yang Banyak Ditemukan di Jalan Raya

 

Di era perkembangan industri sekarang ini, sering kali kita menjumpai truk berjenis tangki yang mondar-mandir di jalan raya. Kadang kala kita menyangka bahwa truk tangki itu hanya mengangkut BBM saja. Kebanyakan orang tahunya hanya BBM, karena kesehariannya hanya menggunakan BBM untuk menjalankan kendaraannya.

Selain truk tangki BBM, truk tangki selanjutnya adalah truk tangki pengangkut air segar atau air minum yang berasal dari gunung atau pegunungan. Truk pengangkut air ini biasanya tidak memerlukan semacam peringatan khusus bagi pengendara yang berada di dekatnya.

Selain kedua jenis truk tangki tersebut, masih ada lho jenis truk tangki selain itu. Truk tangki itu dinamakan truk tangki pengangkut B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Biasanya truk itu dipasangi peringatan semacam “Jaga Jarak” “Bahan Beracun” atau “Mudah Terbakar” ataupun yang lain sejenisnya seperti yang terdapat pada truk tangki pengangkut BBM.

Sebenarnya jenis angkutan B3 itu tidak hanya truk tangki saja, ada juga pengangkut B3 itu berupa truk bak terbuka, truk kontainer, truk tronton, truk box, dan dump truk. Masing-masing jenis truk pengangkut itu disesuaikan dengan jenis dan bentuk muatan yang diangkutnya, seperti cair, gas, dan padat.

Baca Juga : Transportasi Berkelanjutan dan Perubahan Iklim

Macam-macam B3 yang banyak diangkut di jalan raya:

1. Bahan Bakar Minyak

2. Gas

3. Bahan Kimia

4. Limbah B3


Bahan Bakar Minyak (BBM)

Bahan bakar minyak seperti dikemukakan di atas merupakan bagian terbesar dalan pergerakan angkutan B3 di jalan raya. Setiap tahun rata-rata diangkut 50-75 juta kilo liter bahan bakar dari berbagai jenis antara lain:

·         Bensin (Premium, Pertalite, Pertamax)

·         Minyak Tanah

·         Avtur

·         Solar

·         Oli Diesel

·      Aspal Curah dan Aspal Drum


Gas

Jenis B3 berbentuk gas banyak ditemukan di jalan raya dapat dikelompokkan atas:

·       LPG baik berupa tangki atau tabung

·      Non LPG seperti Oksigen, Nitrogen dan Chlorine


Bahan Kimia

Untuk bahan kimia umum, jumlah dan jenisnya sangat beragam baik berbentuk cair atau padat.

Jenis bahan B3 yang banyak diangkut di jalan raya adalah sebagai berikut :

·         Amoniak

·         Nitrogen

·         Cooper slag

·         Acrylonitril

·         Sterene

·         Monomer

·         N Buthyl Acrylat

·         Fly Ash

·         Coper Chlorida

·         Hydrogen Peroxyde

·         Bahan Peledak

·         Asam Klorida (HCl)

·         Belerang (sulfur)


Baca Juga : Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Bioetanol


Limbah B3

Jenis Limbah B3 juga banyak diangkut di jalan raya yang jenisnya juga beragam antara lain:

·         Sludge Oil dan Slope Oil (minyak bekas).

·         Pelumas Bekas, Minyak Kotor, Sludge Oil, Aki Bekas

·         Katalis

·         Acid Waste

·         Bae Wasted

·        Photograph Waste

Zoom Meeting dan Google Meet Terbang Tinggi, Skype Kurang Kompetitif di Bisnis Video Conference

Ada pertanyaan menarik terkait dengan masalah teknologi video conference. Mengapa saat ini aplikasi Skype jarang digunakan?

Sebenarnya aplikasi Skype yang baru sangat mudah digunakan. Menurut para netizen, kata mereka pihak Microsoft sedikit terlambat. Orang-orang sudah terlanjur suka sama Zoom Meeting dan Google Meet.

Baca Juga : Membangun Peradaban Digital

Kelebihan pada Skype yang baru memiliki kemudahan-kemudahan yang diberikan. Misalnya pada tampilan awal dasboardnya, terdapat fitur taskbar Meet Now yang hanya tinggal klik langsung muncul Url. Selain itu, Skype juga tersedia preinstalled ketika menginstal Windows.

Keunggulan Zoom Meeting dan Google Meet

Baik Zoom dan Google Meet, keduanya sudah banyak dikenal banyak orang. Salah satunya pemicunya adalah adanya pandemi corona yang melanda dunia sejak awal tahun 2020. Masyarakat banyak melakukan work from home atau aktifitas dari rumah untuk menghindari virus tersebut. Karena kebutuhan akan bekerja atau sekolah jarak jauh tersebutlah memaksa orang-orang melakukan kegiatan tersebut dengan bantuan teknologi komunikasi. Dan teknologi yang booming sejak saat itu adalah kedua aplikasi video conference secara online tersebut.

Apa yang menjadikan kedua aplikasi tersebut menjadi booming? Kelebihan pertama yaitu kedua aplikasi video conference tersebut sangat mudah digunakan. Yang kedua, baik aplikasi Zoom Meeting dan Google Meet bisa digunakan dalam bentuk aplikasi dan juga melalui browser. Kalo dalam bentuk aplikasi bisa diinstal langsung pada komputer/laptop dan hp android. Sedangkan untuk pemakaian via browser bisa dipakai pada desktop komputer/laptop, juga termasuk desktop pada Google Chrome.

Baca Juga : Apakah itu Sistem Lelang Harga Pertama yang Digunakan Google Adsense ?

Kedua platform video conference ini sangat mudah digunakan. Jika masih belum mengerti atau pengguna awal, banyak tutorial yang bisa didapatkan dari Youtube maupun blog tutorial.

Apakah itu Sistem Lelang Harga Pertama yang digunakan Google Adsense ?

Pada tanggal 7 Oktober 2021, Google telah mengumumkan bahwa Adsense akan beralih ke lelang harga pertama. Lelang harga pertama menyederhanakan pengalaman pembelian bagi pengiklan karena harga akhir mencerminkan bid pemenang. Google Ad Manager dan AdMob telah beralih ke lelang harga pertama, dan dengan menyederhanakan model lelang di AdSense, Ad Manager, dan AdMob, pengiklan mendapatkan keuntungan dari proses yang konsisten di seluruh platform penjualan iklan Google. Ini membuat pengiklan lebih yakin dalam melakukan pembelanjaan di seluruh ekosistem iklan display dan peningkatan keyakinan terkait pembelanjaan ini seiring waktu akan menguntungkan penayang. Untuk lebih memahami  lelang harga pertama dan perbedaannya dengan sistem lelang harga kedua, akan diuraikan pada penjelasan dibawah ini.

Apa itu Lelang Harga Pertama?

Dalam model lelang harga pertama, penawar berpartisipasi dalam lelang secara bersamaan, dan penawar tertinggi menang. Penawar tertinggi membayar harga persis per seribu tayangan iklan (CPM) yang dia bid selama lelang. Tawaran yang menang juga dikenal sebagai harga kliring.

Baca Juga : Membangun Peradaban Digital

Lelang harga pertama umumnya lebih menguntungkan penerbit daripada lelang harga kedua. Dalam survei yang dilakukan oleh Digiday, 78% penerbit mengatakan transisi dari lelang harga kedua ke harga pertama membantu mereka memaksimalkan pendapatan iklan mereka.

Dalam lelang harga pertama, baik penayang maupun pengiklan dapat memperkirakan nilai sebenarnya dari setiap 1.000 tayangan iklan dan mengukur ROI (pengembalian investasi) mereka secara akurat. Ini juga memberikan prospek lelang yang jelas dimana penawar mengetahui berapa banyak yang mereka tawarkan untuk inventaris tertentu.

Contoh Lelang Harga Pertama

Tiga penawar berpartisipasi dalam lelang (A, B, C). Setiap penawar menetapkan harga yang akan mereka bayar untuk 1000 tayangan iklan:

Penawar A = $3

Penawar B= $5

Penawar B = $4

Tawaran tertinggi dalam lelang ini adalah $5. Penawar B memenangkan lelang dan membayar $5 per 1000 tayangan iklan kepada penerbit atau pembuat konten.

Apa itu Lelang Harga Kedua?

Dalam model lelang harga kedua, sama halnya dengan lelang harga pertama, penawar tertinggi menang. Namun, harga akhir tidak sama dengan tawaran awalnya, tetapi hanya $0,01 lebih tinggi dari tawaran penawar tertinggi kedua.

Google AdSense adalah contoh terkenal dari lelang harga kedua. Harga yang dibayar oleh pengiklan untuk setiap biaya per klik (CPC) kurang dari CPC yang mereka tawar dalam lelang.

Baca Juga : Mobil Listrik, Mobil Masa Depan Dengan Kelebihan Zero Emisi

Lelang harga kedua telah menjadi standar industri selama bertahun-tahun. Namun, dengan RTB dan penawaran headline yang muncul, pemilik konten dapat mengizinkan penyedia bursa periklanan (SSP) untuk memunculkan berbagai iklan pada konten digitalnya secara bersamaan. Akibatnya, ini menciptakan banyak kerumitan dan ketidakefisienan operasional didalam lelang harga kedua. Selain itu, pada lelang harga kedua sering kali melibatkan biaya tersembunyi yang diambil oleh SSP.

Contoh Lelang Harga Kedua

Tiga penawar berpartisipasi dalam lelang (A, B, C). Tawaran mereka adalah:

Penawar A = $3

Penawar B = $5

Penawar C = $4

Tawaran tertinggi dalam lelang ini lagi adalah $5. Penawar B memenangkan lelang tetapi hanya akan membayar $4,01 ($4 + $0,01) untuk setiap 1000 tayangan iklan (CPM).

Selisih yang disimpan penawar pemenang pada tayangan disebut pengurangan. Dalam contoh ini, jumlahnya menjadi $0.99 ($5 – $4.01).


Lelang Harga Pertama vs Harga Kedua

Perbedaan utama antara lelang harga pertama dan harga kedua adalah bahwa dalam lelang harga kedua, penerbit/pemilik konten menerima pendapatan iklan yang lebih sedikit karena proses tersebut menghasilkan pengurangan tawaran. Karena alasan ini, penerbit terkadang menetapkan harga minimum yang bertindak sebagai ambang batas tawaran. Harga minimum bertujuan untuk meningkatkan harga deal suatu iklan.

Karena inkonsistensi dalam cara bursa yang berbeda mengelola lelang, lelang harga pertama juga memastikan transparansi yang lebih besar daripada lelang harga kedua. Hal ini memungkinkan pembeli di satu bursa untuk bersaing secara lebih adil dengan pembeli dari bursa lain.



Keuntungan Lelang Harga Pertama untuk Penerbit

Penerbit memperoleh lebih banyak pendapatan tanpa mengurangi tawaran. Penayang dapat menilai secara akurat berapa nilai inventaris iklan mereka. Model lelang harga pertama menghilangkan hambatan yang tidak perlu dan memberikan lebih banyak transparansi.

Lelang harga pertama bekerja lebih baik dengan penawaran tajuk yang memungkinkan penawaran simultan dan tawaran yang lebih kompetitif.

Namun demikian, lelang harga pertama dapat memotivasi pembeli untuk mengajukan tawaran yang lebih rendah untuk menghemat uang dengan sengaja. Praktek ini dikenal sebagai bid shading.