Dewasa ini, kita sebagai pengguna transportasi
atau lalu lintas tentunya mengalami ketidaknyamanan dan kepenatan yang harus
dihadapi dalam aktifitas sehari-hari. Keadaan lalu lintas yang semakin hari
semakin semrawut merupakan pemandangan umum lalu lintas, terutama pada jam-jam
sibuk di jalan utama, baik di pusat kegiatan, kawasan industri, maupun
pusat-pusat perkantoran, pendidikan dan lain-lain. Hal ini akan menjadikan
ketidaknyamanan di dalam masyarakat.
Penjualan kendaraan yang masif dan belum adanya
kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi di jalan dapat meningkatkan
volume lalu lintas, sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas dan
ujung-ujungnya menyebabkan ketidak-tertiban pengguna jalan dan terjadinya kecelakaan.
Melihat dari standar pemilihan moda di bawah ini, kita akan melihat bagaimana seharusnya sistem transportasi dikembangkan di era milenial. Dimana 60% dari penduduk produktif adalah kaum milenial yang selalu memiliki mobilitas yang sangat tinggi dalam kegiatan sosial dan ekonomi.
Tingkat Kebutuhan Perjalanan
(orang per jam per arah)
|
Standar Pilihan Moda
|
<
1.000
|
Bus
kecil (angkot) kapasitas 10-15 pnp/kend
|
1.000 - 2.000
|
Bus
sedang kapasitas 20-25 pnp/kend
|
2.000 - 5.000
|
Bus
besar kapasitas 50-75 pnp/kend
|
5.000 - 20.000
|
Bus
terpandu, bus pada jalur khusus (busway), monorel, tram kapasitas 75-200
pnp/set
|
20.000 - 30.000
|
Kereta
rel ringan (LRT) kapasitas 500-1000 pnp/set
|
> 30.000
|
Kereta
rel berat (MRT) kapasitas 1.500-2.500 pnp/set
|
Merujuk data di atas, konsep transportasi massal di kota-kota besar di Indonesia seharusnya dikembangkan dengan konsep angkutan rel, bisa LRT dan MRT. Merujuk tren global bahwa sistem transportasi rel perkotaan adalah sistem yang cocok bagi peradaban yang modern. Dimana generasi milenial dan generasi-generasi selanjutnya akan hidup pada era peradaban modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar